English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Ketika ISIS Nyaris Menghapus Sejarah Kristen Irak

Posted by andrey Saroinsong 06.55, under ,, | No comments


Headline
Bakhdida -- Gereja abad ke-12 itu telah hancur, tapi dinding lorong bawah tanahnya masih menyimpan penderitan dan ketakutan. Di lorong inilah umat Kristen Irak kerap bersembunyi dari serbuan kelompok-kelompok Muslim.

       Entah sejak kapan lorong bawah tanah itu tak digunakan lagi. Yang pasti, ketika Islamic State in Iraq and Suriah (ISIS) menyerang Bakhdida, hampir seluruh dari 50 ribu pemeluk Kristen kota itu memilih lari ke Arbil -- kota di wilayah Kurdistan.

Di Arbil, umat Kristen dilindungi Pehsmerga -- milisi Kurdi yang memukul mundur ISIS. Peshmerga pula yang mengembalikan umat Kristen ke Bakhdida, kota yang oleh penduduk setempat disebut Qaraqosh.

Namun kembali ke Bakhdida bukan sesuatu yang menyenangkan. Tidak ada air, bahan bakar, dan listrik. Semua dirusak ISIS.

Ada yang memutuskan ke Arbil, untuk melanjutkan hidup. Sebagian mencoba bertahan di Bakhdida, sebagai tanggung jawab sejarah.

Namun semua itu tidak berlangsung lama. Setelah ISIS mengeluarkan ancaman membunuh atau bayar pajak jika tidak berpindah agama, mereka yang bertahan di Bakhdida ketakutan. Terjadi eksodus besar-besarn ke Arbil.

"Tas dikemas. Semua orang pergi, karena hampir mustahil hidup di sini sebagai Kristen," ujar Marcus Ayub, pria usia 54 tahun dan anggota Gereja Katolik Suriah. "Jika tidak ada solusi politik, umat Kristen di Bakhdida akan menghilang selamanya."

Sejak invasi AS yang menggulingkan Saddam Husein tahun 2003, Kristen Irak kerap menjadi sasaran penganiayaan. Jumlah mereka turun dari 1,5 juta menjadi 400 ribu.

Tahun 2008, gelombang kekerasan terhadap Kristen terjadi di Mosul, kota terbesar kedua di Irak. Mereka menyingkir ke Bakhdida, 19 kilometer sebelah tenggara.

Ketika ISIS melakukan serangan kilat 10 Juli lalu, dan mengambil alih Mosul, Bakhdida tidak ubahnya kota pengungsi. Umat Kristen berdesakan di rumah-rumah rekan seiman, atau berbagi rumah dengan Muslim.

"Kami tak punya milisi, tak punya senjata, sehingga tak bisa melawan," ujar Martin Jameel, seorang penjaga toko.

Yohannna Petros Mouche, Uskup Agung Katolik Suriah, mengatakan hanya sedikit yang memutuskan tinggal di Mosul. Lainnya lari ke Bakhdida.

Pastor Amanoel Adel Kalloo mengatakan kini Bakhdida hanya dihuni 300 umat Kristen. Sebelumya, ada tiga ribu umat Kristen.

Muslim di Bakhdida diperintahkan untuk memecat semua pekerja Kristen. Properti umat Kristen yang disewakan ke Muslim disita. ISIS juga menyita gereja-gereja berusia ratusan tahun.

Kali pertama dalam 1.600 tahun tidak ada misa Minggu di Bakhdida. Kristen seolah telah benar-benar terhapus dari kota yang dibangun nenek moyangnya.

Ketika Peshmerga datang, sisa-sisa umat Kristen di Bakhdida bisa kembali menjalankan ibadahnya. Peshmerga menciptakan parimeter pengaman di luar kota, yang memungkinkan misa berjalan aman.

Peshmerga juga membagikan rompi antiperluru, senapan serbu, dan terlibat dalam patroli di jalan-jalan.

Kapten Mohammad Kamal Nader mengatakan; "Kami akan melindungi mereka sampai titik darah penghabisan." Kamal Nader ditugaskan melindungi Bakhdadi sampai batas waktu tak ditentukan.

Namun ISIS bukan satu-satunya ancaman. Lainnya adalah ketidak-tersedian air, dan panas yang menyengat. Peshmerga mengatasinya dengan membawa air dengan truk dari kota lain, dengan biaya sangat mahal.

Bashkar Toma, pria usia 50 tahun, tidak tahan dengan keadaan ini. Ia berniat pergi dengan anak-anaknya. Pekan lalu, sebuah mortir menghantam rumahnya, tapi beruntung tidak ada anggota keluarganya yang tewas.

"Kami stress. Jika kami terus di sini, mungkin kami akan mati akibat sakit jiwa," ujarnya.

Peshmerga mengawal keluarga ini sampai ke tempat aman, dan dimukimkan di antara keluarga-keluarga Kurdi di Arbil.

Mereka yang bertahan dihantui pertanyaan besar; haruskah sejarah Kristen di Bakhdida dan Mosul berakhir seperti ini, ketika masyarakat dunia kian sadar akan hak-hak asasi manusia.




Sumber : http://web.inilah.com

0 komentar:

Posting Komentar